Setelah bertahun-tahun hype dan penantian, Diablo® IV akhirnya resmi meluncur. Buat fans lama yang udah ngikutin sejak era Diablo II, kehadiran game ini seakan jadi angin segar atau mungkin lebih tepatnya, angin neraka yang membara. Tapi pertanyaannya: apakah Diablo IV berhasil memenuhi ekspektasi, atau justru tersesat di antara kegelapan dan live service?
Hal pertama yang langsung kerasa waktu main Diablo IV adalah atmosfernya. Blizzard bener-bener niat ngembaliin nuansa kelam ala Diablo II gore di mana-mana, suasana desa yang suram, dan musik latar yang bikin merinding. Dunia Sanctuary terasa hidup, tapi juga mati… dalam artian paling literal.
Grafisnya? Cantik parah. Detail karakternya halus, efek skill-nya satisfying, dan setiap environment kelihatan digarap dengan penuh cinta (dan darah).
Di Diablo IV, fokus utama jatuh ke Lilith, anak Mephisto yang balik ke Sanctuary dengan misi misterius. Ceritanya dibangun lebih matang dan narasinya dikemas secara sinematik. Nggak cuma lewat cutscene, tapi juga dialog dan momen in-game yang terasa lebih “hidup.”
Lilith sebagai antagonis juga bukan tipe “boss jahat generik.” Dia punya motivasi yang abu-abu bikin kamu kadang simpati, kadang pengen nyakar balik.
Ada 5 kelas utama di awal: Barbarian, Sorcerer, Druid, Rogue, dan Necromancer. Masing-masing punya gaya main yang khas dan pohon skill yang cukup fleksibel. Mau jadi sorcerer yang spam bola petir atau rogue yang gerak cepat sambil hujanin panah racun? Bisa banget.
Plus, sistem Paragon Board di endgame bikin build jadi makin dalam. Tapi ya, siap-siap pusing mikirin jalur yang optimal.
Salah satu hal baru di Diablo IV adalah struktur dunia terbuka. Kamu bisa keliling Sanctuary bebas, ikut world boss event, dan ketemu pemain lain secara seamless. Kadang kerasa kayak main MMO-lite, tapi masih tetap fokus ke dungeon crawling khas Diablo.
Fitur online-nya oke, tapi juga jadi pedang bermata dua apalagi kalau server lagi ngambek atau kamu pengen main offline (yang nggak bisa).
Setelah tamat campaign, kamu bakal masuk ke grind session penuh: Nightmare Dungeons, Helltides, World Boss, Tree of Whispers, dan tentu saja… seasonal content.
Setiap musim punya tema, loot baru, dan Battle Pass. Yap, ada Battle Pass. Ini jadi salah satu titik kritik dari banyak pemain. Ada yang ngerasa ini ngerusak pacing dan bikin game kerasa terlalu “live service.”
Tapi sejauh ini, kontennya terus berkembang dan Blizzard lumayan responsif ngedengerin feedback meskipun butuh waktu.
Kalau kamu pengen petualangan kelam dengan visual modern, gameplay hack-and-slash yang satisfying, dan dunia yang gede untuk dijelajahi Diablo IV jelas layak dicoba.
Tapi kalau kamu berharap pengalaman ZEUSQQ yang 100% kayak Diablo II, bebas dari elemen modern kayak Battle Pass atau scaling level dunia, mungkin perlu turunin ekspektasi sedikit.